MENUJU KEHARMONISAN KELUARGA


 ada anak SMA tanya padaku Pakdhe ..... cinta tu apa pakdhe...... aku jawab crigis anak kecil.
setelah aku fikir-fikir ternya remaja tersebut mulai mempelajari akan arti cinta............ akhirnya aku dekati secara perlahan dan aku jelaskan arti cinta............

Add caption
Cinta memang akan sangat mudah menghidupkan dan menggairahkan kehidupan serta bahan bakar manusia untuk melakukan aktivitas dan pekerjaan besar. Setiap pekerjaan besar dan dahsyat pasti didasari dengan cinta. Seorang pelukis handal pasti menghasilkan karya terindah yang didedikasikan pada kecintaannya pada bidang dan karya yang diselesaikannya.
Sama halnya dengan keluarga, solusi dari setiap permasalahan keluarga adalah cinta. Cinta yang bagaimana yang dapat menjadi solusi? Pertanyaan yang bagus sekali. Kita akan membahasnya dengan cara yang mudah dan sederhana. Kita akan memperlajari sesuatu yang mungkin baru, anda tinggal membaca saja tulisan ini dan dengan mudah anda akan menerapkan bagi keluarga dan orang-orang yang anda cintai. Baiklah mari kita mulai.


Mengkomunikasikan Cinta
Seringkali kita banyak tahu masalah dalam keluarga yang begitu kompleksnya, jangankan mengkomunikasikan cinta. Berkomunikasi saja terkadang tidak nyambung. Mengkomunikasikan cinta yang satu ini akan sangat mudah bagi kita semua, jadi jangan kuatir, karena ini sangatlah sederhana.
Ada satu pertanyaan mendasar yang ada disetiap kepala seorang anak. Pertanyaan itu adalah “apakah saya dicintai?”. Dan pertanyaan yang sama juga berada dikepala tiap pasangan suami–istri yang terkadang membayangi kala bahtera rumah tangga sedang ada goncangan.
Pertanyaan ini selalu dibawa dan tersimpan di memori bawah sadar manusia. Dan jika kita dapat menjawab serta memenuhi kebutuhan cintanya (keluarga, pasangan dan anak), maka ini adalah bahan bakar utama untuk mencapai sukses besar dari tiap insan manusia. Yah, cinta adalah bahan bakar utama untuk mencapai prestasi tertinggi. Jadi saat ini kita akan belajar bagaimana menumbuhkan sikap percaya diri dan motivasi dari dalam hanya dengan memenuhi kebutuhan cinta seseorang. Sehingga oleh rekan saya Bpk. Ariesandi. C.ht, untuk mempermudah hal ini maka beliau sering menganalogikan dengan sebutan Tangki Cinta, yang juga akan kita bahas bersama.
Seringkali saya menjumpai orangtua mengatakan bahwa ia selalu memerhatikan anaknya dan menemani anaknya belajar ataupun bermain. “Setiap kali saya pulang kerja saya selalu menyempatkan diri menemani anak saya belajar dan setelah itu makan malam dan ngobrol sejenak. Tapi mengapa dia masih merasa jauh ya dari saya?” demikian salah satu keluhan dari beberapa orangtua.
Cobalah perhatikan apakah saat menemani anak-anak kita fokus pada mereka atau hanya sekedar menemani saja. Ingat ada perbedaan yang sangat besar antara kedekatan fisik dan kedekatan emosional. Jika anak kita belajar lalu kita menunggui di sebelahnya sambil membaca koran atau mengetik di komputer maka ini baru kedekatan fisik. Atau kita menunggui anak sambil memasak di dapur sembari sesekali menengoknya maka ini juga baru kedekatan fisik Dan si anak akan tetap merasa jauh. Akibatnya anak akan berusaha mencari cara agar ia dapat memperoleh perhatian kita (baca: cinta) yang mereka. Cara-cara yang ditampilkan anak inilah yang sering kita namani “nakal” atau “tidak mau menurut” atau “susah diatur” atau “emosional” atau “tak punya motivasi” atau “tak punya percaya diri” dan lain sebagainya
Jadi bagaimana membangun kedekatan emosional dengan anak-anak dan pasangan kita?
  1. Lakukan kontak mata saat sedang berbicara dengan anak ataupun pasangan anda.
  2. Lakukan kontak fisik saat sedang berkomunikasi dengan anak ataupun pasangan anda. Sentuh tangannya, bahunya, belai rambutnya ataupun tepuk bahunya.
  3. Fokus pada anak atau pasangan saat berkomunikasi. Jangan sambil bertelepon, memasak, membaca koran ataupun mengerjakan sesuatu yang lain. Kita sendiri akan merasa kurang dihargai saat berbicara dengan seseorang dan orang tersebut menelepon, bukan? Demikian juga dengan anak kita!
Lakukan hal ini secara konsisten kepada pasangan dan anak kita, maka kedekatan emosi dan perasaan cinta kita akan tersampaikan dengan mudah dan menyenangkan, serta diterima dengan perasaan yang positif. Dan inilah cara agar kita mampu membuat anak dan pasangan kita nyaman secara emosional dengan kita. hanya melakukan 3 langkah diatas kita sudah mampu membuat anak dan pasangan kita merasa nyaman serta dimengerti. Ingat bukan kah setiap insan manusia punya kebutuhan untuk di mengerti? Lakukan itu serta kita mulai dari rumah.

Tangki Cinta
Berikutnya kita akan sama-sama belajar tentang mengisi dan apa itu tangki cinta. Tangki cinta adalah suatu metafora yang akan kita gunakan bersama untuk memperjelas tentang makna cinta dan manfaatnya untuk menciptakan suatu keluarga yang harmonis.
Tangki cinta ini seperti mobil. Tiap mobil punya tangki untuk bahan bakar, jika terisi penuh maka mobil tersebut mampu berjalan dan beraktifitas dengan baik. Sama dengan tangki cinta, jika tangki cinta anak dan tangki cinta kita (bisa di isi oleh pasangan) penuh maka segala aktivitas apapun, bahkan yang terasa berat sekalipun dapat terselesaikan. Cinta bagaikan energy yang mampu memompa semangat dan motivasi aktivitas kita.
Selain itu, tangki cinta memiliki sifat yang mudah sekali bocor. Dalam kondisi apa tangki cinta akan mudah bocor? Jika kita memarahi anak, memperlakukan dengan tidak sopan, perkataan yang menjatuhkan semangat. Maka tangki cinta ini akan mudah habis. Jika habis, sama seperti mobil yaitu tidak bisa jalan. Sama jika tangki cnta habis atau kosong maka yang tampak adalah perilaku yang tidak menyenangkan.
Baiklah, pada dasarnya seorang anak memiliki tangki cinta. Dan tangki cintanya ada 2. Yaitu tangkicinta yang harus di isi oleh ayah dan tangki cinta yang harus di isi oleh ibu. Yang menjadi tugas ayah tidak dapat diwakilkan oleh ibu dan sebaliknya. Jadi orangtua harus menjalankan tugas dan fungsinya untuk membantu anak agar bahagia.
Pengaruh tangki cinta (anak yang penuh dengan cinta) dapat dilihat dari perilakunya sehari – hari. Jika seseorang anak mendapatkan tangki cinta yang maksimal maka :
  • Dia akan merasa bahagia (terlihat penuh semangat)
  • Mudah diajak kerja sama (mengerjakan tugas dirumah dan kewajibannya)
  • Dan mudah diarahkan untuk mencapai potensi dirinya yang terbaik.
Apa akibat dari tangki cinta seorang anak yang kosong?
  1. Rewel & menjengkelkan
  2. Merasa tidak diterima
  3. Muncul kemarahan dalam diri
  4. Tidak menurut perkataan orangtua
  5. Tidak berani ambil keputusan & takut gagal
Sama halnya orang dewasa atau pasangan kita, gejala diatas juga berlaku bagi pasangan kita. jika kita ingin memiliki keluarga yang “hebat” maka terus lanjutkan menyimak dan melakukan apa yang menjadi pembahasan kita bersama sekarang.
Baiklah berikutnya kita akan belajar tentang mengenal jenis bahasa cinta dan bagaimana mengisinya. Bahan bakar untuk tangki cinta ada 5 macam, atau di sering disebut juga dengan 5 bahasa cinta, antara lain:
1. Kata-kata pendukung
Kata-kata bisa diibaratkan sebilah pisau bermata dua. Satu sisi bisa untuk membantu kita tapi di satu sisi lainnya bisa mencelakai kita. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa membuat anak dan pasangan kita merasa dicintai atau bisa membuatnya merasa dibenci dan diabaikan hanya dengan berkata-kata saja.Hal ini bisa diibaratkan seperti ketika kita mencabut sebatang paku yang tertanam di tembok. Bekas dari paku masih terlihat dan membuat permukaan tembok itu tidak sempurna lagi walaupun tembok sudah ditambal.
Kata-kata pendukung ini bisa kita kategorikan dalam 4 golongan besar :

a) Kata-kata penuh kasih
Kalimat semacam “ayah sayang kamu” adalah suatu ungkapan penghargaan secara menyeluruh pada diri seorang anak. Perhatikan intonasi, bahasa tubuh dan keras lemahnya suara saat anda mengucapkan hal ini. Selain itu ketulusan hati saat mengucapkannya adalah salah satu syarat penting dalam mengungkapkan kalimat ini.
b) Kata-kata pujian
Setiap anak, juga orang dewasa, menyukai pujian. Lebih-lebih jika bahasa cinta dominan seorang anak adalah kata-kata pendukung maka ini akan menjadi makanan emosionalnya.
Namun demikian banyak orang kurang memahami teknik memberikan pujian yang tepat sehingga kurang mengena. Inilah beberapa tips untuk melakukan pujian pada anak anda.
Pujilah anak untuk:
  • Prestasi spesifik yang dicapai anak
  • Perilaku baik yang disadarinya
  • Sikap baik yang disadarinya
  • Keberadaan dirinya
Susunlah sebuah kalimat yang ditujukan pada anak setelah itu sertakan rasa bangga anda padanya
  • “Kamu perlu merasa bangga dengan prestasi yang baru saja kamu raih. Itu semua karena keputusanmu untuk belajar. Papa/mama ikut bangga atas prestasimu,Nak!”
  • JANGAN, “Nah begitu, Mama/Papa bangga sama kamu kalau bisa berprestasi seperti itu”. Ini mengingatkan saya pada sebuah lomba burung berkicau dimana sang burung tidak tahu apapun ketika tuannya bangga atas prestasi yang diraihnya. Kalimat semacam itu akan menyiratkan pesan di bawah sadar bahwa anda mengajarkan anak untuk melakukan sesuatu demi kesenangan orang lain bukan karena anak itu sendiri menyukainya. Selain itu si anak akan merasa bahwa upayanya kurang dihargai karena yang dapat kebanggaan adalah orangtuanya bukan diri pribadinya. Lambat laun motivasinya akan menurun.
Hindarilah terlalu sering memberi pujian karena malah bisa berdampak negatif :
  • Anak merasa pujian tidak tulus atau hanya untuk menyenangkan hatinya saja atau bahkan mungkin ada maksud tertentu
  • Anak akan merasa perlu dipuji terus untuk melakukan sesuatu sehingga akan merasa gelisah kalau tidak mendapatkannya. Hal ini akan membiasakan anak untuk mendapatkan motivasi eksternal semata saat melakukan sesuatu

c) Kata-kata dorongan yang membesarkan hati
Kata-kata dorongan sangat perlu diucapkan saat anak mengalami kegagalan, sitausi sulit atau krisis percaya diri dimana dengan kata-kata tersebut si anak akan merasa punya keberanian lebih untuk melanjutkan upayanya. Contoh : “Bagus coba lagi, kamu pasti bisa Nak!”, “Hebat, kamu perlu bangga pada dirimu karena caramu menghadapi kegagalan ini adalah suatu hal yang luar biasa. Mungkin pada saat seusiamu papa tidak akan terpikir untuk melakukan seperti yang kamu lakukan Nak!”
Kata-kata dorongan yang kita ucapkan dengan tepat akan terkenang sepanjang hidup seorang anak. Dan ini akan menjadi sumber motivasi internal yang tak akan pernah padam.
d) Kata-kata bimbingan
Kata-kata bimbingan menjelaskan suatu hal pada anak. Biasanya menjelaskan tentang moral, etika, dan nilai-nilai hidup. Kata-kata bimbingan yang positif akan menyuarakan “Saya peduli padamu, Nak”. Dengan begitu anak akan respek pada kita sebagai orangtua yang penh perhatian dan peduli padanya. Jangan membimbing dengan perasaan marah dan jengkel karena anak tidak akan merasakan niat baik kita sama sekali. Jika kejengkelan masih meliputi diri kita sebaiknya kita menahan diri dulu untuk memberikan kata-kata bimbingan.
Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan jika bahasa cinta anak kita adalah kata-kata pendukung :
  • Jika bahasa cinta anak kita adalah kata-kata pendukung maka sering-seringlah memberikannya, ini akan membuatnya makin merasa dicintai.
  • Berhati-hatilah saat mengkritik perilakunya karena kata-kata kasar akan sangat melukai hatinya dibanding jika kata-kata kasar itu diterima oleh anak yang bahasa cintanya bukan kata-kata pendukung. Jadi kata-kata kasar, kritik pedas, olokan dan sikap menyalahkan pada dasarnya akan melukai semua anak namun akan sangat merusak pada anak yang bahasa cintanya kata-kata pendukung.

2. Hadiah
Jika bahasa cinta seorang anak adalah hadiah maka kita perlu mengajarkan mereka untuk menghargai semua hadiah sebagai suatu ungkapan cinta bukan menilai dari murah atau mahal harga hadiah tersebut. Ini bisa berupa kejutan ketika kita memberinya sebuah permen atau jepit rambut murahan yang diinginkannya.Pemberian hadiah harus memiliki makna pengungkapan cinta yang tulus dari kita – orangtua – pada sang anak. Kita harus jujur pada diri kita sendiri dan mau mengakui jika kita memberi hadiah sebagai imbalan atas sesuatu atau sebagai suap pada anak.
Hadiah bermakna terkadang tidak harus dibeli dari toko. Hadiah tersebut bisa berupa ranting pohon yang unik bentuknya, batu apung yang sebelumnya belum pernah dilihat anak atau bunga liar yang langka. Jika kita bisa mengemas hadiah tersebut dengan kreatif maka anak akan bisa merasakan kekuatan cinta yang kita pancarkan.
Pemberian hadiah yang tidak tepat berpotensi merusak anak. Ini terjadi karena orangtua mengambil jalan pintas penyelesaian masalah jangka pendek namun tidak untuk jangka panjang. Inilah beberapa hal yang sering terjadi berkaitan dengan penyalahgunaan pemberian hadiah pada anak :
  • Menggunakan pemberian hadiah sebagai imbalan karena anak mau melakukan apa yang kita perintahkan
  • Membeli sesuatu dengan begitu mudahnya tanpa memikirkan apakah berguna dan berdampak positif bagi perkembangan anak
  • Terlalu sering memberikan hadiah atau mainan sehingga makna pemberian tersebut menjadi berkurang
  • Memberikan hadiah berlebihan sebagai kompensasi dari kurangnya waktu bersama anak
Catatan penting jika kita memiliki anak yang bahasa cintanya “hadiah” JANGAN pernah secara sengaja merusak hadiah atau mengungkapkan penyesalan karena telah membelikan hadiah tersebut untuknya. Hal ini benar-benar akan menghancurkan hatinya dan pengalaman negatif ini akan tersimpan hingga dewasa menjadi suatu ganjalan emosi yang tak terselesaikan.
3. Layanan
Ketika bahasa cinta anak kita adalah pelayanan maka satu hal penting yang perlu kita tanamkan dalam diri kita adalah bahwa kita melayani sebagai ungkapan rasa cinta. Beberapa kesalahan persepsi tentang melayani anak :
  • Kita melayani anak karena beranggapan mereka tidak mampu
  • Kita melayani anak sebagai tebusan rasa bersalah karena tidak bisa menyediakan waktu cukup baginya
  • Kita melayani anak karena takut ia marah
  • Kita melayani anak supaya pekerjaan cepat selesai, karena kalau anak yang melakukannya sendiri maka kita harus menungguinya berlama-lama
Jadi sebenarnya ketika melayani anak kita membantu dia melakukan hal-hal yang belum mampu ia lakukan sendiri. Di sini kita memberikan contoh. Kita melayani anak sampai ia mampu dan setelah itu kita ajarkan dia melayani diri sendiri dan kemudian melayani orang lain. Tujuan akhir melayani anak adalah membantu anak menjadi orang dewasa yang matang dan mampu memberikan cintanya kepada sesama melalui layanannya.
Anak juga perlu melihat contoh dari orangtuanya dalam memberikan pelayanan ke orang lain tanpa pamrih. Momen terbaik untuk melayani anak adalah ketika ia benar-benar dalam kesulitan. Jangan biarkan ia berjuang sendiri, walaupun tujuan kita adalah untuk menyemangatinya. Anak-anak dengan bahasa cinta layanan akan selalu terkenang akan bantuan ayahnya saat mereka dalam kesulitan menyelesaikan tugas pembuatan keterampilan tangan dari guru kelasnya. Jadi ketika seorang anak meneriakkan keinginannya pada kita untuk memperbaiki roda mobilnya yang rusak atau rok bonekanya yang sobek sebenarnya itulah “jeritan hati” agar kita segera memenuhi tangki cintanya.
Hati-hati :
  • Orangtua yang selalu menuruti permintaan layanan anak akan membuatnya tetap egosentris, tidak percaya diri dan tidak mandiri akan kehidupannya sendiri. Contoh tindakan layanan yang tidak pada tempatnya : anak usia 6 tahun masih disuapi, anak usia 7- 8 tahun masih dibereskan tempat tidurnya oleh orangtua atau tas sekolahnya masih dibawakan ke kelas.
  • Jangan juga menganggap anak bisa melakukan semuanya sendiri tanpa perlu dibantu saat dia mengalami kesulitan. Inilah yang disebut pengharapan berlebih. Contoh pengharapan berlebih : anak usia 6 tahun diminta membereskan tempat tidurnya sendiri tanpa bantuan kita serapi pekerjaan staf hotel bintang lima.
Setelah anak bisa, jika anda ingin memintanya melakukan sesuatu katakan dengan permintaan bukan perintah. Contoh: “Ani, bisa tolong ambilkan minuman untuk papa ?” bukan “Ani, ambilkan papa minuman!”
4. Sentuhan fisik
Saat anak masih balita umumnya mereka mendapat sentuhan fisik berlimpah seperti dipeluk, dicium dan digendong. Ketika mereka makin besar biasanya sentuhan fisik ini mulai berkurang. Apalagi jika orangtua bahasa cintanya bukan sentuhan fisik maka ia akan merasa risih memberikan sentuhan fisik untuk anaknya. Jika ini terjadi maka orangtua perlu menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Karena bagaimanapun anaknya membutuhkan hal tersebut.
Sentuhan fisik pada anak laki-laki sering diremehkan karena ada pendapat yang mengatakan bahwa anak laki-laki harus tumbuh dengan tegar. Sentuhan fisik pada anak laki-laki diasosiasikan dengan kelembutan yang dinilai sangat bertentangan dengan sifat kelaki-lakian. Justru sebaliknya pengalaman empiris di lapangan sewaktu menangani klien dan berbagai riset para pakar menyatakan bahwa laki-laki yang tegar secara emosional pada masa kecilnya mendapatkan cukup banyak sentuhan fisik. Kurangnya sentuhan fisik pada anak laki-laki akan menyebabkan ia tumbuh sebagai laki-laki dewasa yang egois, suka menggunakan kekerasan fisik pada anak atau istri dan cenderung sinis serta mudah tersinggung saat berkomunikasi dengan anak dan istrinya.
Sentuhan fisik pada anak laki-laki berusia 7-9 tahun dapat dilakukan dengan mengelus rambut, bergulat, pelukan kasar, toast tapak tangan, dan melakukan berbagai permainan seperti basket, sepakbola dan lain-lain.
Saat anak berusia lebih dari 12 tahun kita perlu memperhatikan berbagai aspek saat di depan umum. Jika Anda seorang ibu janganlah memberikan pelukan pada anak laki-laki Anda di depan teman-temannya karena ia akan risih dan bisa menjadi bahan olok-olokan teman-temannya. Namun jika anak laki-laki Anda pulang ke rumah karena letih sehabis berolah raga maka pelukan ibu bisa jadi akan menenangkannya dan membuatnya merasa dicintai.
Demikian juga jika Anda seorang ayah, janganlah memberikan pelukan pada anak gadis Anda di depan umum kecuali inisiatif itu datang dari anak gadis Anda. Namun demikian Anda boleh berinisiatif jika di rumah. Seorang gadis remaja tetap membutuhkan pelukan dan ciuman dari ayahnya jika tidak ia cenderung berusaha mendapatkannya dari teman prianya yang mungkin diiringi dengan tendensi yang kurang bagus.
Sentuhan fisik juga bisa berupa pijatan di leher oleh ayah ketika sang putera berjam-jam bergelut dengan tugas sekolahnya atau belaian lembut ibu di pundak puterinya yang sedang jengkel dengan perlakuan teman sekolahnya atau pijatan ayah pada kaki anak laki-lakinya yang baru pulang bermain sepak bola.
5. Waktu berkualitas
Waktu berkualitas berarti memberikan perhatian kita pada anak tanpa terpecah. Ini seperti melakukan perhatian terpusat pada anak. Sewaktu masih bayi maka anak merasakan banyak sekali waktu berkualitas – saat menyusui dan mengganti popok saja telah memberikan waktu berkualitas berjam-jam tanpa terpecah.
Setelah anak semakin besar maka memberinya waktu berkualitas makin sulit karena dibutuhkan pengorbanan di pihak orangtua. Terkadang kita berpikir lebih mudah memberinya hadiah dan sentuhan fisik daripada memberinya waktu. Namun jika bahasa cinta utama anak adalah waktu berkualitas maka kita tak bisa mengelak dari semua itu.
Sebenarnya banyak perilaku anak yang kita pandang tidak pantas – kita sebut “nakal” – merupakan upaya untuk mendapatkan waktu lebih banyak dengan ayah atau ibu. Agaknya bagi anak-anak ini perhatian yang negatif masih lebih baik ketimbang tidak diperhatikan sama sekali!
Bagaimana jika kita memiliki anak lebih dari satu? Jika Anda punya anak lebih dari satu maka berikan waktu berkualitas untuk masing-masing anak secara terpisah walaupun bahasa cinta utama mereka bukan waktu berkualitas. Namun Anda beri perhatian lebih pada anak yang bahasa cinta utamanya waktu berkualitas sedangkan untuk anak yanglain boleh secara sambil lalu.
Jika kita berbicara waktu berkualitas untuk anak maka kita bisa temukan 3 aktifitas yang sangat penting :
  • Percakapan berkualitas untuk berbagi pikiran dan perasaan kita dengan anak
  • Membacakan cerita atau dongeng atau ngobrol sebelum tidur akan membantu terbentuknya ikatan emosi dengan anak.
  • Kegiatan berdua seperti makan bersama, camping bersama atau bahkan mencuci mobil bersama.
Waktu berkualitas adalah hadiah bagi seorang anak yang berupa “kehadiran orangtua”. Melalui kehadiran kita maka anak bisa menangkap ungkapan tak terucap dari tindakan kita yaitu “Engkau penting dan berharga Nak! Ayah atau Ibu senang menghabiskan waktu bersamamu!”

Temukan Bahasa Cinta utama
Walaupun kita membutuhkan kelima bahasa cinta untuk memenuhi tangki cinta kita akan tetapi ada satu atau dua yangsangat kita butuhkan dalam jumlah lebih banyak dari lainnya. Uraian sebelumnya telah menjelaskan ciri-ciri setiap bahasa cinta. Anda mungkin telah bisa menemukan petunjuk berkaitan dengan bahasa cinta anak Anda aatau mungkin pasangan anda. Namun bagian ini akan membahas secara khusus bagaimana menemukan bahasa cinta utama anak Anda.
Ada beberapa teknik yang bisa Anda gunakan. Kita akan membahasnya satu persatu:
1. Mengamati cara anak mengungkapkan cintanya pada kita Cara ini paling cocok untuk anak berusia 5 – 10 tahun. Anak-anak akan mengungkapkan cintanya dengan bahasa cinta yang mereka sendiri. Mungkin mereka sering mengungkapkan kalimat penghargaan “Mama, saya sayang banget sama Mama” atau mungkin “Papa saya senang banget dibantu menyelesaikan tugas tadi”. Dari sini Anda bisa punya alasan kuat menentukan bahasa cinta anak Anda adalah “kata-kata pendukung”.
Namun metode ini masih harus dikaji lebih dalam jika diterapkan anak di atas usia 10 tahun karena bisa jadi ia mengucapkan itu untuk membuat hati Anda luluh dan meluluskan permintaannya. Apalagi jika mereka pernah sukses melakukan “manipulasi” semacam itu pada Anda. Karena itu untuk menggunakan metode ini pada anak usia 10 tahun ke atas perlu data-data penguat lain.
2. Mengamati cara anak mengungkapkan cintanya pada orang lain Apabila seorang anak suka memberi temannya hadiah kecil maka bisa jadi bahasa cintanya adalah menerima hadiah. Hal ini dikarenakan seorang anak yang bahasa cintanya adalah hadiah akan senang luar biasa ketika menerima hadiah dan ia ingin orang lain juga menikmati kesenangan serupa. Oleh karena itu ia berpikiran bahwa orang lain akan merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya ketika menerima hadiah. Namun ini perlu dipertanyakan jika Anda pernah menasihatinya untuk sering berbagi dengan temannya. Jika ini yang terjadi maka keinginannya memberi hadiah bukan datang dari dirinya sendiri.
3. Mendengarkan permintaan yang paling sering diajukan anak Seringkah Anda mendengar anak Anda meminta komentar tentang gambar yang baru saja selesai dibuatnya? “Bagaimana gambarku ini?” atau “Menurut Papa bagaimana permainan pianoku tadi?” atau “Ayo Ma, bagaimana hasil lukisanku ini?” maka Anda boleh jadi menarik kesimpulan bahwa bahasa cinta anak Anda adalah kata-kata pendukung.

Entri Populer